Jumat, 08 Maret 2013

Introspeksi: Pantaskah Doa Shalat Kita Dikabulkan?


Shalat adalah penghambaan dan doa. Bacaan shalat saat duduk antara dua sujud adalah merupakan inti doa shalat. Tentu kita ingin agar doa shalat kita dikabulkan, bukan?

Duduk antara dua sujud disebut juga dengan “Duduk Permohonan”, karena dalam duduk tersebut, seorang hamba memohon kepada sang Maha Pemurah dengan tujuh permohonan penting, yaitu:

  • Ampunan
  • Belas kasihan
  • Kecukupan
  • Derajat yang tinggi
  • Rizki
  • Petunjuk
  • Kesehatan



“Rabbighfirlii, warhamni, wajburnii, warfa’nii, warzuqnii, wahdinii, wa’aafinii”
Ya Allah, ampunilah dosaku, dan belas kasihanilah aku, dan cukupkanlah kekuranganku, dan tinggikanlah derajatku, dan berilah aku rizki, dan berilah aku petunjuk, dan berilah aku kesehatan. Dapat ditambahkan dengan wa’fuannii (dan maafkanlah aku)

Tujuh permohonan tersebut merupakan kebutuhan pokok manusia untuk kebahagiaan hidup di dunia (fi dunya hasanah) dan kebahagiaan  hidup di akhirat (wa fil akhirati hasanah).

Berapa detik doa shalat dalam duduk permohonan anda?

Banyak di antara kita belum memahami hakikat duduk antara dua sujud ini (duduk permohonan untuk 7 kebutuhan pokok dunia-akhirat). Karenanya, mereka meremehkannya. Ini terbukti dengan masih banyaknya orang shalat yang sama sekali tidak menghayati duduk antara, mereka melakukannya hanya dalam 3 – 5 detik saja. Padahal, untuk dapat menghayati nikmat dan pentingnya model duduk ciptaan Allah ini, dan untuk dapat menghayati tujuh ratapan permohonan kebutuhan pokok dalam duduk ini dibutuhkan sekitar 20 detik!

Kalau duduk permohonan kita hanya 5 detik, membaca doa shalat secepat kilat, tanpa ratapan, tanpa harapan, tanpa penghayatan, tanpa ruh… pantaskah kita mengharap tujuh permohonan kita dikabulkan?

Mari berintrospeksi, kita teliti benar-benar, apakah kita sudah cukup memberi penghayatan pada setiap gerak dan bacaan shalat yang kita lakukan? Sudah pantaskah doa shalat kita dikabulkan? 

Pentingnya Memahami Bacaan Shalat


Arti bacaan shalat perlu kita pahami baik secara global maupun kata per kata. Dengan memahami apa yang kita baca, shalat khusyu lebih mudah diraih. Sebaliknya, jika kita tidak mengerti apa yang kita baca, maka hati dan fikiran akan lebih mudah terisi oleh gurisan-gurisan lain yang dapat mengganggu kekhusyuan shalat. Ini terjadi karena hati dan fikiran tidak memiliki “kesibukan” untuk mengartikan apa yang dibacanya.


Shalat yang tidak dilandasi dengan pemahaman arti merupakan salah satu ciri ketidaksempurnaan shalat.
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu mengerti apa yang kamu ucapkan”  (QS An Nisa:43).

Arti Bacaan Shalat Secara Global

Takbir: Memuji Allah yang Maha Besar
Doa Iftitah: Memuji Allah, menghadap, penghambaan diri
Al Fatihah: Memuji Allah, minta petunjuk jalan yang lurus
Bacaan ruku: Memuji Allah yang Maha Suci dan Maha Agung
Bacaan Sujud: Memuji Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi
Bacaan Duduk Antara: Doa memohon 7 hal penting kepada Allah
Bacaan Tahyat: Memuji Allah, doa selamat dan persaksian (syahadat)
Bacaan Salam: Doa keselamatan

Arti Bacaan Shalat Kata Per kata
Arti bacaan shalat kata per kata sangat penting untuk dihafal. Jika saat ini kita belum hafal 100% (dari takbiratul ikhram hingga salam), segera tinggalkan belajar yang lain. Utamakan mempelajari ini!


Dua Kunci Dasar Menuju Shalat Khusyu'


Jika shalat khusyu tidak berhasil diraih, maka shalat menjadi rutinitas yang menjemukan. Karena itu, belajar shalat khusyu merupakan solusi agar shalat tidak lagi menjadi beban harian. Jika orang lain dapat menghadirkan ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan melalui teraphy, meditasi dan sejenisnya, maka shalat khusyu lebih mampu mendatangkan lebih dahsyat dari itu.

Contoh nyata adalah Sayidina Ali yang tidak merasakan sakit sedikitpun ketika anak panah yang menancapnya dicabut saat melaksanakan shalat. Hal ini hanya dapat dijelaskan dengan satu alasan: shalat khusyu jauh lebih dahsyat dibanding teraphy atau meditasi manapun. Anda tentu setuju, bukan?


Ibadah shalat adalah rangkaian gerakan dan posisi tubuh yang diciptakan Allah. Allah sang pencipta manusia pasti tahu persis “teraphy” yang paling cocok dan bermanfaat untuk tubuh manusia. Itulah shalat, sebuah rangkaian cara yang merupakan anugerah dari Allah untuk memperbaiki tubuh dan hati manusia, untuk kebahagiaan manusia.

“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu yang khusyu dalam shalatnya” (QS Al Muminun: 1-2). Inilah bukti bahwa shalat adalah anugerah Allah untuk kebahagian manusia. Ayat ini juga memberi kepastian bahwa shalat khusyu adalah anugerah untuk seluruh mukmin, untuk kita semua. Shalat khusyu bukan hanya untuk para nabi dan sahabatnya.

Kisah Sayidina Ali di atas adalah salah satu bukti kenikmatan shalat khusyu. Bukti tersebut, tentu bukanlah sebagai satu-satunya kriteria shalat khusyu. Kalau kita anggap shalat khusyu harus seperti itu, maka kita akan merasa bahwa shalat khusyu amat sulit dijangkau. Bukankah Allah telah berjanji tidak akan membebani kita, kecuali kita disanggupkan-Nya?

Kita akan mendapatkan kadar kenikmatan shalat khusyu yang berbeda-beda, sesuai dengan ilmu dan kegigihan usaha kita masing-masing. “Sesungguhnya ada seseorang yang mengerjakan shalat dimana dia tidak mendapatkan nilai shalatnya kecuali 1/10, 1/9, 1/8, 1/6, 1/5, 1/4, 1/3, atau 1/2-nya” (HR Abu Daud, Nasai).

Jadi, dua kunci dasar untuk meraih shalat khusyu adalah:
1. Yakin, bahwa shalat khusyu dapat diraih oleh siapa saja. 
Tanpa keyakinan ini, maka gerbang menuju shalat khusyu tertutup rapat. Sebab, seseorang akan berusaha mendapatkan sesuatu hanya untuk sesuatu yang yakin dapat diraihnya, bukan?

2. Gigih dalam belajar shalat khusyu. 
Kegigihan inilah yang menentukan tingkat keberhasilan kita. Jika kita malas dan asal-asalan dalam belajar shalat, jangan pernah bermimpi dapat meraih nikmatnya shalat khusyu.

Bagaimana memulai belajar shalat khusyu? Jangan khawatir… Insya_allah dalam kesempatan mendatang akan saya bahas. Yang penting saat ini kita sudah mendapat dua kunci dasar menuju shalat khusyu: yakin dan gigih!

Pantau terus blog saya, blog artikel Islami tentang shalat sempurna! Blog Islam milik kita semua… 

Mau Doa Maqbul? Perbaiki Cara Berdoa!


Bagaimana cara berdoa yang baik? Simak ini dulu…

Coba bayangkan seandainya tiba-tiba ada orang mendatangi anda, dan langsung meminta uang dengan cara yang tidak sopan… Dia tidak kulo nuwun, tidak memanggil nama anda dengan santun, tidak memiliki tata krama… Bagaimana perasaan anda? Iba atau empet?

Nah, jika anda sadar betul akan jawaban pertanyaan di atas, andapun pasti yakin bahwa anda tidak boleh bergaya preman kampung macam itu kepada orang lain! Setuju, juragan? 
Apalagi kepada Allah…. tentu sangat tidak boleh!

Berlaku sopanlah dalam meminta kepada Allah! Sebutlah nama-Nya dengan santun, gunakan tata krama yang baik.  Jangan langsung to the point meminta. Mengapa doa kita tumpul? Salah satunya karena tingkah kita sendiri yang tidak beradab dalam meminta.

Mari perbaiki cara berdoa kita agar lebih maqbul. Lantas, bagaimana tata cara berdoa yang baik berdasarkan Al Quran dan hadits? Inilah jawabannya:


1. Mulailah dengan basmalah

2. Memuji Allah
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya” (An Nashr:3). Dalam ayat ini, Allah memberikan petunjuk agar kita memuji-Nya sebelum menyampaikan maksud doa yang kita panjatkan. Memuji Allah ialah dengan mungucapkan “Alhamdulillaahi robbil aalamiin” (segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam), atau dengan redaksi lainnya.

3. Bershalawat untuk Nabi
Dari Annas bin Malik: “Tidaklah seseorang berdoa, kecuali antara dia dan langit ada hijab, sampai dia bershalawat kepada nabi”.

Jadi, bershalawat kepada Nabi sangat penting untuk membuka hijab (tirai) agar doa kita sampai pada Allah azza wa jalla. Bershalawat atas Nabi misalnya membaca “Allahumma shalli ala (sayyidinaa) Muhammad” atau dengan redaksi lain yang anda sukai.

4. Sebutlah nama-Nya dengan santun (dengan asmaul husna)
“Dan Allah memiliki asmaul husna, maka berdoalah dengan menyebut asmaa-ul husna itu “(QS Al Araf : 180).

Contoh membaca asmaul husna dalam berdoa:

  • Ya Allah, ya ROZAK berilah kami rizki yang halal
  • Ya GHOFUR… ampunilah kami
  • Robbanaa innaka anta SAMIIUL ‘ALIIM watub alaina innaka anta TAWWAABU RAHIIM

5. Menyebutkan maksud yang diminta
Point ke-5 ini adalah inti dari doa (permintaan) kita

6. Tutup doa dengan shalawat Nabi, memuji Allah, dan Amin
Washallallahu ala (sayyidinaa) Muhammadin, walhamdulillaahi rabbil aalamiin. Amin.

Contoh redaksi doa singkat berdasarkan urutan poin-poin di atas:
(1) Bissmillahirrahmaanirrohiim
(2) Alhamdulillahi robbil aalamiin
(3) Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad
(4) Ya Allah ya ROZAK
(5) Hari ini saya mau berdagang, berilah kami rizki yang halal dan melimpah
(6) Washallallahu ala (sayyidina) Muhammad, walhamdulillaahi rabbil aalamiin. Amin.

Poin (5) sebaiknya menggunakan doa yang ma’tsur, yaitu doa yang ada dalam Al Quran atau doa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, misalnya:

Rabbij’alnii muqiima shalaati wamin dzurriyaatii (QS Ibrahim). Ya Allah jadikanlah saya dan keturunan saya sebagai orang yang dapat menegakkan shalat.

Allahummakfinii bihalaallika an haraamika wa aghninii bi fadhlika ‘amman siwaak (HR Tirmidzi). Ya Allah berilah saya rizki yang halal, bukan yang haram. Dan kekayaan (rizki yang melimpah) yang Engkau ridhai, bukan yang engkau murkai.

Mari meminta kepada Allah dengan tata cara berdoa yang baik.. :)

Kamis, 07 Maret 2013

Jilbab yang sebenarnya ‘JILBAB’



Bagaimana JILBAB yang sebenarnya?

       Hijab (jilbab) yang diperintahkan tidak hanya sekedar kain penutup kepala dan rambut, melainkan ada aturannya. Hal ini disebutkan dalam QS An Nur 31, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan nya kecuali yang biasa nampak dari pandangan. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasan kecuali kepada suami mereka, atau kepada ayah mereka, atau putra-putra mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putra-putra suami mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap kaum wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat kaum wanita. Dan janganlah mereka memukul kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” 

Dalam QS Al Ahzab 59, wanita juga diperintahkan untuk “Mengeluarkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.”

     Dari ayat tersebut di atas, Jilbab yang diperintahkan untuk dipakai haruslah menutup sampai ke dadanya. Di samping itu terdapat syarat-syarat berpakaian dan jilbab. Antara lain :
o   Bahan yang dipakai tidak tipis, transparan, ketat, berwarna atau bercorak mencolok atau serupa kulit(yang dapat mengundang perhatian laki-laki) karena maksud dari berjilbab adalah untuk menutup tubuh wanita dari pandangan laki-laki.

o   Harus yang longgar, sehingga tidak menampakkan tempat-tempat yang menarik pada anggota tubuh. Dan tidak menampakkan bentuk tubuh saat digunakan untuk beraktivitas.

o   Tidak diberi wangi-wangian, hal ini telah diperingatkan oleh Rasulullah SAW : “Sesungguhnya seorang wanita yang memekai wangi-wangian kemudian melewati kaum(lelaki) bermaksud agar mereka mencium aromanya, maka ia telah melakukan perbuatan zina.” (HR Tirmidzi)

o   Pakaian wanita tidak boleh menyerupai laki-laki, “Rasulullah melaknat laki-laki yang mengenakan pakaian wanita, dan seorang wanita yang mengenakan pakaian laki-laki.” (HR Tirmidzi)

o   Tidak menyerupai pakaian orang kafir, “Siapa yang meniru suatu kaum, maka ia berarti dari golongan mereka.” (HR Ahmad)

o   Berpakaian tanpa bermaksud supaya dikenal, baik itu dengan mengenakan pakaian yang berharga mahal maupun yang murah, jika niatnya untuk dibanggakan karena harganya ataupun yang kumal jika bermaksud agar dikenal sebagai orang yang ta’at. “Siapa yang mengenakan pakaian tersohor (bermaksud supaya dikenal) di dunia, maka Allah akan memberinya pakaian hina di hari Kiamat, lalu dinyalakan api pada pakaian tersebut.” (HR Abu Dawud)

  • Pemakaian Jilbab yang SALAH
o   Tidak ditutupnya seluruh bagaian tubuh.
Seperti yang biasa dan di anggap sepele yaitu terbukanya bagaian kaki bawah, atau bagian dada karena jilbab diikatkan ke leher, atau yang lagi trendy, remaja putrid memakai jilbab tapi lengannya digulung atau dibuka hingga ke siku mereka.

o   Sering ditemui adanya permpuan yang berjilbab dengan pakaian ketat, pakaian yang berkaos, ataupun menggunakan pakaian yang tipi, sehingga walaupun wanita tersebut memakai jilbab, tapi lekuk-lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas.

o   Banyak wanita muslimah yang memakai jilbab bersifat temporer yaitu jilbab dipakai hanya pada saat tertentu atau pada kegiatan tertentu. Seperti acara ekolah, acarapengajian kampong dsb. Setelah itu jilbab dicopot dan yang ada kebanyakan jilbab tersebut sekedar mampir alias tidak sampai menutup kepala.

o   Atau jilbab hanya dipakai sebagai seragam, setelah itu tidak di pakai lagi.

  • Factor yang Menyebabkan Pemakaian Jilbab yang SALAH
o   Maraknya tanggapan televisi atau bacaan yang terlalu berkiblat ke mode barat.

o   Minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai Islam.

o   Kegagalan fingsi keluarga.

o   Para perancang busana muslim yang tidak memahami dengan benar prinsip-prinsip Islam.

o   Munculnya artis Mu’allaf   yang belum terlalu paham prinsip-prinsip Islam yang menjadi seorang tokoh yang segala tingkah laku dan ucapannya menjadi teladan bagi fansnya.

     Selain itu, saat ini Trend untuk menghias jilbab yang dikenakan sehingga memiliki gundukan di belakang kepala sehingga menyerupai PUNUK UNTA. Padahal hal ini telah dilarang oleh Rasulullah SAW, “Abu Hurairah ra berkata, ‘Rasulullah bersabda, yang artinya : “Ada 2 golongan Ahli Neraka yang tidak pernah aku lihat sebelumnya ; Sekelompok orang yang memegang cambuk seperti ekor sapi yang dipakai untuk mencambuk manusia dan Wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya mereka telanjang, mereka berjalan melenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak bisa mencium aromanya’. Sesungguhnya aroma surga tercium dari jarak sekian dan sekian.”

     Sungguh, dengan mengenakan jilbab yang seuai kaidah, muslimah akan lepas dari penilaian yang bersifat fisik dan akan lebih dihargai sebagai manusia, bukan hanya sebagai pemanis suasana, suatu hal yang seringkali dialami oleh wanita pada bidang pekerjaan apapun pada saat ini. Demikian juga dengan banyaknya kasus-kasus kejahatan seksual pada wanita, dengan memakai jilbab yang syar’I maka kejahatan-kejahatan seperti itu akan terhindar dari mereka. Disamping itu, dengan menggunakan jilbab dan pakaian sesuai tuntutan syari’at, diharapkan seorang muslimah akan belajar untuk menjaga tingkah lakunya agar sesuai dengan pakaian yang dikenakannya dan senantiasa berusaha menambah amalandan pengetahuannya mengenai agama ehingga menambah keimanan dan ketaqwaannya. Sungguh tidak ada alasan untuk ragu dalam memenuhi ajakan dan perintah Allah untuk berjilbab, karena sesungguhnya, “Kebenaran itu adalah dari Rabb mu, sebad itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu.” (QS Al Baqarah 147).

     Janganlah sampai suatu kaum, dimana mereka meremehkan perempuan-perempuan/ muslimah yang berjilbab hanya karena memakai pakaian/jilbab yang tidak sesuai dengan hukum syara’. Apabila kaum telah  meremehkan hal ini, maka bagaimana dengan penilaian Allah dan Rasul-Nya terhadap wanita yang seperti ini? tidakkah ada bedanya antara perempuan yang berjilbab dengan perempuan yang tidak berjilbab?

“Allahumma kamma hassanta khalgi fahssin khulqi”
                Ya Allah sebagaimana Engkau telah memperindah kejadianku, maka perindah pula akhlakku.”

Template by:
Free Blog Templates